Selasa, 18 November 2008

Yakin Akan Datangnya Pertolongan Allah

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Sehingga, Allahlah yang harus memberi rezeki kepadanya dan kepadamu, Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Al Angkabut [29]: 60).

Betulkah ekonomi yang tak menentu sekarang ini yang menyebabkan 'penyakit' panik sangat mudah menyerang bangsa kita? Barangkali tidak, jika kita menyelam ke inti persoalannya, bahwa bukan semata-mata krisis ekonomi, melainkan kita umumnya tidak memiliki keyakinan. Karena tidak optimistis, kita menjadi gamang, marah, takut, dan khawatir yang berlebihan. Selanjutnya, tidak adanya keyakinan itu kadang mendorong kita nekat bertindak yang tak terhormat.

Tanpa keyakinan, manusia tak bisa hidup. Akan terus diselimuti keragu-raguan yang mematikan. Keraguan itu menjadi sebab dari ketidaktenangan hidup dan perasaan tidak aman. Maka, kita harus yakin bahwa kita hidup di dunia ini bukan kemauan kita sendiri. Bukan karena kemauan orang tua. Juga tidak atas usulan siapa pun juga. Kita lahir dan hidup di dunia ini karena kehendak Allah.

Karena lahir dan hidup atas kehendak-Nya, maka Dialah yang akan mengurus kita. Jika Allah telah menciptakan kita, maka Dia tentu yang memelihara kita. Keyakinan ini harus ditanamkan pada diri kita, agar tidak takut menghadapi kesulitan hidup. Bukankah kehidupan itu sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah?

Bagaimanapun hebatnya krisis, tak perlu takut dan khawatir kekurangan rezeki Allah. Yang menjamin rezeki kita selama ini bukan manusia atau negara. Melainkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kepada-Nya kita meminta dan mohon bantuan serta perlindungan-Nya. Jika suatu persoalan diselesaikan dengan emosi, hasilnya pasti merugikan masyarakat dan diri sendiri. Bila kini kita diuji dengan krisis ekonomi, maka dengan modal keyakinan kita gerakkan seluruh potensi yang kita miliki untuk mengatasinya.

Memang diperlukan sedikit kesabaran, di samping kerja keras dari semua komponen di negeri ini. Jaga kesatuan dan persatuan, dengan itu kita bisa maju. Sebaliknya, jika kita terpecah dan saling menyalahkan kehancuran akan datang. ''Bersatu (jamaah) akan mendapatkan rahmat, dan berpecah belah mendapatkan bencana (azab).'' (HR Ahmad). Dan, siapa yang akan menyanggah janji Allah bahwa dia menjamin akan mengangkat setiap problem kita? ''Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' (QS Al Insyirah [94]: 5-6).

Ayat tersebut diulang sampai dua kali secara berturut-turut, yang maksudnya untuk menyakinkan kita bahwa bersama kesulitan itu ada solusi yang terbaik. Masihkan kita tidak yakin, masihkan kita gamang melihat hidup?



(A Zaenal Muttaqien )
Republika

Senin, 22 September 2008

MENAHAN AMARAH

Kategori : Mensucikan Hati
Oleh : Nasher Akbar

''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali-Imron: 133-134).

Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ''Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.'' (Asy-Syuura: 40).

Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ''Janganlah engkau marah.'' Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ''Jangan engkau marah.'' (HR Bukhori).

Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam.

Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ''Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya).

Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.



Sumber : Republika
So temen2 tahan amarah yuuukkkkk

Kamis, 31 Juli 2008

Bukti Tuhan Itu Ada

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.

Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.

Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?”

Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.

“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.

Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.

Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”

Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.

“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.

Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.

“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.

Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”

“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.

“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.

Orang banyak berkata, “Tidak!”

“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.

Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.

Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?

Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?

Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).

Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.

Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.

Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!

Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.

Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.

Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.

Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.

Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]

Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.

Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]

Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]

Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta:

“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waaqi’ah:63-64]

“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]

Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah:

“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73]

Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang Maha Pencipta

Sumber : http://syiarislam.wordpress.com/2007/09/13/bukti-tuhan-itu-ada/


Hak cipta adalah milik Allah semata.
Hak kita sebagai manusia adalah berlomba-lomba menyebarluaskan kata-kata

Benarkah Bahwa Gunung-gunung Sebenarnya Bergerak ?

Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil.

Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.


(Sumber : NN)

Sedekah Yang Menghajikan

Pak Asep membenahi barang dagangannya, guratan-guratan tua di kening, wajahnya tetap kelihatan bening. Sejak setahun lalu kopiah putih selalu menghiasi kepalanya, menutupi rambutnya yang seluruhnya telah berwarna putih. “Alhamdulillah Jang, kadang sepi kadang ramai,” katanya menceritakan usahanya dengan bibir terus tersenyum. Dalam usia yang ke 67 ini Pak Asep ditemani istrinya mengurus warung kelontong berukuran 3 kali 4 meter. Pak Asep dan istrinya belum dikaruniai anak. Diusia yang senja mereka terlihat menikmati hidup. Toko kelontong yang ada di depan rumahnya yang ada di sebuah gang kecil di Bandung itu jadi satu-satunya penopang kebutuhan hidup mereka sehari-hari. “Ini kenang-kenangan dari Mekkah, Jang,” menunjuk kopiah putihnya. Pak Asep dan Istrinya memang pergi ke tanah suci tahun lalu. “Dari dulu Bapak pingin pergi haji”, lanjutnya. Hal ini membuatnya berkomitmen untuk menabung sedikit demi sedikit dari hasil penjualan barang-barang di warungya. “Saya mah pokoknya niat pingin sekali pergi ke tanah suci,” lanjutnya. Bertahun-tahun sudah tabungannya, sesekali dihitungnya sekedar untuk makin menguatkan keinginannya. “Kurang beberapa juta lagi, Nyi, cukup da, beberapa tahun lagi, gak lama,” katanya pada istrinya. Senyum Pak Asep dan Istrinya merekah. Terbayang ia bersama istrinya akan berthawaf keliling mengucapkan talbiah, “Labbaik Allaahumma Labbaik”. Saat-saat yang diimpikannya bertahun-tahun, untuk menyempurnakan rukun Islam, rindu di hari tuanya mendekat kepada Sang Khalik .

Dalam hari-hari semangatnya berhaji itu, tiba-tiba sampai di telinganya sebuah kabar tentang tetangganya masuk rumah sakit dan harus dioperasi. Para tetangga sebenarnya sudah iuran membantu meringankan biaya rumah sakitnya. Tapi biaya operasi memang mahal. Pak Asep tersentak……….
Terbayang olehnya uang tabungannya untuk biaya haji dapat membantu operasi te tangganya yang tak berpunya. “Haji ibadah, sedekah juga ibadah, gak apa sedekah kan uang kita untuk berobat, Ki,” istrinya mendukung uang tabungannya bertahun-tahun itu diberikan untuk biaya tetangganya yang dioperasi di rumah sakit. “Kang, terima ini ya, rezeki mah dari Allah, mungkin emang lewat saya, biarlah ini jadi jalan makin yang mendekatkan aku pada Allooh, moga-moga cepet sembuh, kang,” katanya sambil menyerahkan amplop tebal uang tabungannya yang berbilang tahun itu. Dipeluknya Pak Asep dengan erat.
Sedikit yang tahu ketulusan Pak Asep dan Istrinya ini.

Ketika dokter yang merawat temannya ini heran dari mana ia bisa membiayai operasi yang mahal ini, maka sampailah cerita tentang uang tabungan Pak Asep ini. “Boleh saya dikenalkan sama Pak Asep, pak?” sambut sang dokter terharu. Maka ditemuinya Pak Asep dan istrinya. Dan ditemuinya keteduhan seorang dermawan. Raut wajah yang kaya, meski dalam kesederhanaan hidup. “Pak Asep, saya ada rezeki, bolehkan saya ikut mendaftarkan Bapak dan istri pergi haji bersama saya dan keluarga?” Sang dokter menawarkan. Pak Asep dan istriya sejenak berpandangan. Tak kuat lagi menahan haru, dipeluknya dokter dermawan tadi. “Alloh Maha Kaya,” ucapnya lirih di telinga dokter.
(sahabat, menangislah kalau terharu…..).
Maka kakinya kemudian hadir di Baitullah, berhaji, dengan karunia dan rezeki dari Allah. Pak Asep dan istri seakan mereguk hidangan Allah yang sempurna, buah dari kedermawanannya.

Kisah Pak Asep mungkin saja banyak terjadi kehidupan kita. Pak Asep-Pak Asep lain pun telah menggores hikmah kehidupannya sendiri. Atau bahkan telah pula sering kita alami sendiri. Dan selalu saja sedekah akan menyuburkan hati kita, memberkahi kehidupan kita. Maka mengapa kita menunda sedekah kita ?

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKAN DAN MENGAMALKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

http://www.eramuslim.net/arsip/sedekah.php

Tentang Keistimewaan Bahasa Arab

Sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW, Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan menggunakan bahasa masing-masing. Dan Allah SWT mengutus para nabi dari keturunan masing-masing bangsa dan bahasa itu. Sebagaimana firman-Nya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ibrahim: 4)

Namun khusus untuk nabi yang terakhir, Allah SWT telah menetapkan kebijakan tersendiri. Pertama, nabi terakhir itu benar-benar nabi yang diutus untuk terakhir kalinya. Artinya, setelah itu tidak akan ada lagi nabi, meski hari kiamat masih jauh. Kedua, nabi itu hanya memiliki satu bahasa dan tentunya kitab suci yang diturunkan pun hanya satu bahasa saja. Dan bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab.

Kemudian Allah SWT pun telah menetapkan bahwa cara manusia berkomunikasi dengan-Nya lewat ibadah shalat pun dengan menggunakan bahasa Arab. Shalat itu menjadi tidak sah ketika tidak menggunakan bahasa Arab, meski tentunya bukan berarti Allah SWT tidak mengerti bahasa lainnya. Namun sengaja Allah SWT menetapkan bahwa shalat kepada-Nya hanya boleh menggunakan bahasa Arab saja.

Tentunya ada alasan kuat mengapa bahasa Arab yang dipilih Allah SWT untuk dijadikan bahasa komunikasi antara langit dan bumi. Para pakar bahasa Arab sering kali menyebutkan di antara keistimewaan itu, antara lain:

1. Bahasa Arab adalah Induk Dari Semua Bahasa Manusia

Pendapat ini sering mengemuka ketika kita mempelajari sejarah suatu bahasa. Analisa yang sering digunakan adalah bahwa sejak manusia pertama, Nabi Adam as, menjejakkan kaki di atas bumi, beliau sudah pandai berbicara. Dan karena sebelum beliau adalah penduduk surga, di mana ada keterangan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab di dalam suatu riwayat, maka otomatis bahasa yang digunakan oleh Nabi Adam as itu adalah bahasa Arab. Dan tentunya anak-anak keturunan Nabi Adam as itu pun menggunakan bahasa Arab. Meski pun setelah itu jumlah mereka tambah banyak dan tersebar ke berbagai benua, kemudian berkembang menjadi jutaan bahasa yang saling berbeda.

2. Bahasa Arab adalah Bahasa Tertua dan Abadi

Bahasa Inggris sekarang ini boleh saja dikatakan bahwa paling populer di dunia, akan tetapi tidak ada bahasa yang bisa bertahan lama di muka bumi selain bahasa Arab. Sebab sejarah membuktikan bahwa sejak zaman Ibrahim as. di muka bumi yang diperkirakan hidup pada abad 19 sebelum masehi, mereka tercatat sudah menggunakan bahasa Arab. Itu berarti bahasa Arab paling tidak sudah digunakan oleh umat manusia sejak 40 abad yang lalu, atau 4000 tahun.

Bahkan analisa yang lebih jauh lagi menunjukkan bahwa bahasa Arab telah berusia lebih tua lagi. Karena bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Allah SWT untuk berfirman di dalam Al-Quran. Sementara Al-Quran itu sudah ada di sisi Allah SWT jauh sebelum awal mula diturunkan di masa Rasulullah SAW. Dan Allah SWT menjamin bahwa Al-Quran itu tidak akan lenyap hingga hari kiamat. Artinya, bahasa Arab adalah bahasa yang sudah jauh sebelum adanya peradaban manusia dan akan terus berlangsung hingga akhir dunia ini.

3. Bahasa Arab adalah Bahasa yang Paling Banyak Diserap

Bahkan serapan dari bahasa Arab nyaris terdapat di hampir semua bahasa asing lainnya yang ada di berbagai belahan bumi ini. Nyaris bahasa-bahasa yang kita kenal sekarang ini, telah banyak menyerap kosa kata dan istilah dari bahasa Arab. Salah satunya adalah bahasa Inggris dan tentunya bahasa Indonesia. Bahkan bahasa ilmiah di dunia sains pun tidak lepas dari pengaruh serapan kata dari bahasa Arab. Istilah alkohol, aljabar, algoritme dan lainnya adalah bagian dari serapan dari bahasa arab.

4. Bahasa Arab Memiliki Jumlah Perbendaharaan Kata yang Paling Banyak

Salah satu keistimewaan bahasa Arab lainnya adalah kekayaan dalam jumlah perbendaharaan kata. Mungkin karena usianya yang sudah tua namun masih digunakan hingga hari ini, sehingga penbendaharaan kata di dalam bahasa Arab menjadi sangat besar. Sebagai contoh, salah satu peneliti bahasa Arab mengemukakan bahwa orang Arab punya 80 sinonim untuk kata yang bermakna unta. Dan punya 200 sinonim untuk kata yang bermakna anjing.


Sumber : Ahmad Sarwat, Lc. www.eramuslim.com

Minggu, 13 Juli 2008

Sejarah Islam Di Indonesia

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagurangin),Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar)

Pribadi Seorang Muslim

Apa yang terbayang di benak kita ketika berbicara mengenai Kepribadian Muslim? Mungkin ada yang menjawab; Kepribadian muslim itu tercermin pada orang yang rajin menjalankan Islam dari aspek ritual seperti shalat. Ada yang mengatakan kepribadian muslim itu terlihat dari sikap dermawan dan suka menolong orang lain atau aspek sosial. Mungkin ada yang berpendapat kepribadian muslim itu terlihat dari penampilan seseorang yang kalem dan baik hati.
Jawaban di atas hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut berkepribadian muslim, yaitu :

1. Salimul ‘Aqidah/‘Aqidatus Salima (Aqidah yang lurus/selamat)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH SWT, dan tidak akan menyimpang dari jalan serta ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kelurusan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam”. (QS. al-An’aam [6]:162). Karena aqidah yang lurus/selamat merupakan dasar ajaran tauhid, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman, dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ditambah- tambahi atau dikurang-kurangi.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena akhlak yang mulia begitu penting bagi umat manusia, maka salah satu tugas diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, dimana beliau sendiri langsung mencontohkan kepada kita bagaimana keagungan akhlaknya sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an sesuai firman-Nya yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”. (QS. al-Qalam [68]:4).
4. Mutsaqqoful Fikri (wawasan yg luas)
Mutsaqqoful fikriwajib dipunyai oleh pribadi muslim. Karena itu salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ”pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (QS al-Baqarah [2]:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Untuk mencapai wawasan yg luas maka manusia dituntut utk mencari/menuntut ilmu, seperti apa yg disabdakan beliau SAW: “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”. (Muttafaqun ‘alaihi). Dan menuntut ilmu yang paling baik adalah melalui majelis-majelis ilmu seperti yang digambarkan ALLAH SWT dalam firman-Nya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadilaah [58]:11).
Oleh karena itu ALLAH SWT mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. az-Zumar [39]:9).
5. Qowiyyul Jismi (jasmani yg kuat)
Seorang muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Bahkan Rasulullah SAW menekankan pentingnya kekuatan jasmani seorang muslim spt sabda beliau yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Hal ini penting bagi seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)”. (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi (disiplin menggunakan waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk disiplin mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Dimana segala suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/ mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. (HR. Qudhy dari Jabir).
Untuk meraih kreteria Pribadi Muslim di atas membutuhkan mujahadah dan mulazamah atau kesungguhan dan kesinambungan. Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meraih keridloan- Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut:69. Allahu A’lam ….
(Oleh: Tim dakwatuna.com, Url Sumber: http://www.dakwatuna.com)

Sabtu, 28 Juni 2008

Zakat, Infaq n Shodaqoh

April 28, 2006 10:49 pm
Zakat, infaq dan shodaqoh
Zakat menurut bahasa artinya adalah “berkembang” (an namaa`) atau “pensucian” (at tath-hiir). Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin mu’ayyanah) (Zallum, 1983 : 147).
Dengan perkataan “hak yang telah ditentukan besarnya” (haqqun muqaddarun), berarti zakat tidak mencakup hak-hak –berupa pemberian harta– yang besarnya tidak ditentukan, misalnya hibah, hadiah, wasiat, dan wakaf. Dengan perkataan “yang wajib (dikeluarkan)” (yajibu), berarti zakat tidak mencakup hak yang sifatnya sunnah atau tathawwu’, seperti shadaqah tathawwu’ (sedekah sunnah). Sedangkan ungkapan “pada harta-harta tertentu” (fi amwaalin mu’ayyanah) berarti zakat tidak mencakup segala macam harta secara umum, melainkan hanya harta-harta tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan nash-nash syara’ yang khusus, seperti emas, perak, onta, domba, dan sebagainya.
Bagaimana kaitan atau perbedaan definisi zakat ini dengan pengertian infaq dan shadaqah? Al Jurjani dalam kitabnya At Ta’rifaat menjelaskan bahwa infaq adalah penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal haajah) (Al Jurjani, tt : 39). Dengan demikian, infaq mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding zakat. Dalam kategorisasinya, infak dapat diumpamakan dengan “alat transportasi” –yang mencakup kereta api, mobil, bus, kapal, dan lain-lain– sedang zakat dapat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai salah satu alat transportasi.
Maka hibah, hadiah, wasiat, wakaf, nazar (untuk membelanjakan harta), nafkah kepada keluarga, kaffarah (berupa harta) –karena melanggar sumpah, melakukan zhihar, membunuh dengan sengaja, dan jima’ di siang hari bulan Ramadhan–, adalah termasuk infaq. Bahkan zakat itu sendiri juga termasuk salah satu kegiatan infak. Sebab semua itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pihak pemberi maupun pihak penerima.
Dengan kata lain, infaq merupakan kegiatan penggunaan harta secara konsumtif –yakni pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan– bukan secara produktif, yaitu penggunaan harta untuk dikembangkan dan diputar lebih lanjut secara ekonomis (tanmiyatul maal).
Adapun istilah shadaqah, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian berikut ini :
Pertama, shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan (Mahmud Yunus, 1936 : 33, Wahbah Az Zuhaili, 1996 : 919). Shadaqah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shadaqah tathawwu’ atau ash shadaqah an nafilah (Az Zuhaili 1996 : 916). Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash shadaqah al mafrudhah (Az Zuhaili 1996 : 751). Namun seperti uraian Az Zuhaili (1996 : 916), hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima shadaqah akan memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara’ :
“Al wasilatu ilal haram haram”
“Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula”.
Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tak dapat terlaksana kecuali denganshadaqah, maka shadaqah menjadi wajib hukumnya, sesuai kaidah syara’ :
“ Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib”
“Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya”
Dalam ‘urf (kebiasaan) para fuqaha, sebagaimana dapat dikaji dalam kitab-kitab fiqh berbagai madzhab, jika disebut istilah shadaqah secara mutlak, maka yang dimaksudkan adalah shadaqah dalam arti yang pertama ini –yang hukumnya sunnah– bukan zakat.
Kedua, shadaqah adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983 : 148). Ini merupakan makna kedua dari shadaqah, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat lafazh “shadaqah” yang berarti zakat. Misalnya firman Allah SWT :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat …” (QS At Taubah : 60)
Dalam ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh “ash shadaqaat”. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman :
“…beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada hadits di atas, kata “zakat” diungkapkan dengan kata “shadaqah”.
Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, shadaqah merupakan kata lain dari zakat. Namun demikian, penggunaan kata shadaqah dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak. Artinya, untuk mengartikan shadaqah sebagai zakat, dibutuhkan qarinah (indikasi) yang menunjukkan bahwa kata shadaqah –dalam konteks ayat atau hadits tertentu– artinya adalah zakat yang berhukum wajib, bukan shadaqah tathawwu’ yang berhukum sunnah. Pada ayat ke-60 surat At Taubah di atas, lafazh “ash shadaqaat” diartikan sebagai zakat (yang hukumnya wajib), karena pada ujung ayat terdapat ungkapan “faridhatan minallah” (sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan lafazh “ash shadaqaat” dalam ayat tadi, adalah zakat yang wajib, bukan shadaqah yang lain-lain.
Begitu pula pada hadits Mu’adz, kata “shadaqah” diartikan sebagai zakat, karena pada awal hadits terdapat lafazh “iftaradha” (mewajibkan/memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud dengan “shadaqah” pada hadits itu, adalah zakat, bukan yang lain.
Dengan demikian, kata “shadaqah” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali bila terdapat qarinah yang menunjukkannya.
Ketiga, shadaqah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syara’). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : “Kullu ma’rufin shadaqah” (Setiap kebajikan, adalah shadaqah).
Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah shadaqah, memberi nafkah kepada keluarga adalah shadaqah, beramar ma’ruf nahi munkar adalah shadaqah, menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shadaqah, dan tersenyum kepada sesama muslim pun adalah juga shadaqah.
Agaknya arti shadaqah yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al Jurjani ketika beliau mendefiniskan shadaqah dalam kitabnya At Ta’rifaat. Menurut beliau, shadaqah adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari Allah SWT (Al Jurjani, tt : 132). Pemberian (al ‘athiyah) di sini dapat diartikan secara luas, baik pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa suatu sikap atau perbuatan baik.
Jika demikian halnya, berarti membayar zakat dan bershadaqah (harta) pun bisa dimasukkan dalam pengertian di atas. Tentu saja, makna yang demikian ini bisa menimbulkan kerancuan dengan arti shadaqah yang pertama atau kedua, dikarenakan maknanya yang amat luas. Karena itu, ketika Imam An Nawawi dalam kitabnya Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi mensyarah hadits di atas (“Kullu ma’rufin shadaqah”) beliau mengisyaratkan bahwa shadaqah di sini memiliki arti majazi (kiasan/metaforis), bukan arti yang hakiki (arti asal/sebenarnya). Menurut beliau, segala perbuatan baik dihitung sebagai shadaqah, karena disamakan dengan shadaqah (berupa harta) dari segi pahalanya (min haitsu tsawab). Misalnya, mencegah diri dari perbuatan dosa disebut shadaqah, karena perbuatan ini berpahala sebagaimana halnya shadaqah. Amar ma’ruf nahi munkar disebut shadaqah, karena aktivitas ini berpahala seperti halnya shadaqah. Demikian seterusnya (An Nawawi, 1981 : 91).
Walhasil, sebagaimana halnya makna shadaqah yang kedua, makna shadaqah yang ketiga ini pun bersifat tidak mutlak. Maksudnya, jika dalam sebuah ayat atau hadits terdapat kata “shadaqah”, tak otomatis dia bermakna segala sesuatu yang ma’ruf, kecuali jika terdapat qarinah yang menunjukkannya. Sebab sudah menjadi hal yang lazim dan masyhur dalam ilmu ushul fiqih, bahwa suatu lafazh pada awalnya harus diartikan sesuai makna hakikinya. Tidaklah dialihkan maknanya menjadi makna majazi, kecuali jika terdapat qarinah. Sebagaimana diungkapkan oleh An Nabhani dan para ulama lain, terdapat sebuah kaidah ushul menyebutkan :
“Al Ashlu fil kalaam al haqiqah.”
“Pada asalnya suatu kata harus dirtikan secara hakiki (makna aslinya).” (Usman, 1996 : 181, An Nabhani, 1953 : 135, Az Zaibari : 151)
Namun demikian, bisa saja lafazh “shadaqah” dalam satu nash bisa memiliki lebih dari satu makna, tergantung dari qarinah yang menunjukkannya. Maka bisa saja, “shadaqah” dalam satu nash berarti zakat sekaligus berarti shadaqah sunnah. Misalnya firman Allah :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (At Taubah : 103)
Kata “shadaqah” pada ayat di atas dapat diartikan “zakat”, karena kalimat sesudahnya “kamu membersihkan dan mensucikan mereka” menunjukkan makna bahasa dari zakat yaitu “that-hiir” (mensucikan). Dapat pula diartikan sebagai “shadaqah” (yang sunnah), karena sababun nuzulnya berkaitan dengan harta shadaqah, bukan zakat. Menurut Ibnu Katsir (1989 : 400-401) ayat ini turun sehubungan dengan beberapa orang yang tertinggal dari Perang Tabuk, lalu bertobat seraya berusaha menginfakkan hartanya. Jadi penginfakan harta mereka, lebih bermakna sebagai “penebus” dosa daripada zakat.
Karena itu, Ibnu Katsir berpendapat bahwa kata “shadaqah” dalam ayat di atas bermakna umum, bisa shadaqah wajib (zakat) atau shadaqah sunnah (Ibnu Katsir, 1989 : 400). As Sayyid As Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah Juz I (1992 : 277) juga menyatakan, “shadaqah” dalam ayat di atas dapat bermakna zakat yang wajib, maupun shadaqah tathawwu’. [ ]

oleh: Muhammad Shiddiq Al Jawi

Our song

BULAN SUCI RAMADHAN

hadir dalam hidup kita
Bulan yang kita dambakan
Bulan suci penuh berkah
Itulah bulan Ramadhan

Gema adzan telah tiba
Dalam gelap fajar pagi
Itulah pertanda kita
Tunaikan perintah Illahi

Semua umat Muslim di dunia
Menyambutnya dengan gembira
Semua kaum mukmin di dunia
Mengagungkan bulan suci Ramadhan

Allohu Akbar
Alloh Yang maha Besar....

My poemes

Aku Mencintai-Mu

Alloh....
aku adalah hamba yang Kau ciptakan
Aku adalah hamba yang paling bahagia
Aku besyukur kepada-Mu atas rahmat dan karunia

Alloh...
ketika kuterlahir ke dunia aku hanya bayi lemah
Sebelum terlahir Kau pun telah menjanjiku
Taat dan patuh adalah janjiku

Alloh...
tapi kini kurasa rapuh
Tenaga ini semakin terkikis
Kenapa ya Alloh?

Tolong aku
Tolong kuatkan aku
Aku berbakti kepada-Mu ya Alloh
Aku mencintai-Mu

Remember Alloh!!!!

Assalamu'alaikum Wr.Wb

My friends maybe until now we haven't been a person who always remember to Alloh.Sometimes we remember but that's only a minute.We haven't conscious that our life is so fast. We must think about it start from now. Remember Alloh everything would be allright.

Minggu, 18 Mei 2008

Berita Langsung dan Berita Ringan

Berita langsung

SMA Negeri 1 Kartasura Ulang Tahun

Kartasura, SMA Negeri 1 Kartasura adakan perayaan Ulang Tahun yang ke-30 tahun, kemarin (20/4) pukul 07.00 WIB dengan berbagai acara yang diikuti oleh warga sekolah dan bapak bupati Sukoharjo.

Perayaan ulang tahun yang berlangsung dengan meriah itu diadakan kemarin (20/4).Acara tersebut dianggap meriah karena persiapan perayaan hari jadi SMA N 1 Kartasura sudah dilaksanakan sejak tiga bulan yang lalu. ”MPK, OSIS dan panitia yang terdiri dari para guru terus merancang acara dengan mengadakan rapat rutin demi terselenggarakannya ulang tahun SMA N 1 Kts yang sukses”, kata Ikhsan Ketua II MPK SMA N 1 Kts.

Acara tersebut terdiri dari tiga acara inti yaitu upacara perayaan ulang tahun yang ke-30 tahun, gerak jalan masal diikuti pembagian doorprize beserta hiburan Nagari Band dari Yogjakarta.Upacara perayaan ulang tahun dipimpin oleh pembina upacara Bapak Bupati Sukoharjo,Bambang Riyanto.” Ini adalah momen spesial karena jarang sekali ulang tahun dirayakan bersama Bapak Bupati seperti ini”, kata Ikhsan.

Upacara perayaan ulang tahun yang berlangsung selama kurang lebih 20 menit itu kemudian diikuti dengan gerak jalan masal.Gerak jalan ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi SMA Negeri I Kartasura, staf dan pengajar beserta warga sekitar. Gerak jalan masal gratis ini sangat menarik antusias dari berbagai kalangan. Acara selanjutnya adalah hiburan dari Nagari Band dari Yogjakarta yang menyanyikan lagu-lagu yang spesial dari Koes Plus Band. Kemudian diselingi pengundian doorprize. Berbagai doorprize ditawarkan mulai dari alat-alat kebutuhan sehari hari berupa barang plastik seperti porong, piring, gelas, kemudian kipas angin, sepeda gunung dan televisi. Semua orang gembira dengan diadakannya acara tersebut.(mahda)

Berita Langsung

Majalah Tazkia FSSR Bangkit Kembali

Surakarta, Redaksi majalah dakwah Islam Tazkia FSSR UNS mulai bergerak persiapkan peluncuran buletin edisi perdana pada syuro kemarin, Senin (5/5).

Menengok dari pengalaman sebelumnya akhirnya kini Taskia bangkit kembali dengan membawa semangat juang yang membara. Tazkia bergerak dengan langkah awal mempersiapkan terbitnya buletin dan majalah yang diberi nama buletin dan majalah Tazkia pada saat syuro redaksi Tazkia, Senin (5/5) di sekretariat SKI FSSR.

Vakumnya Tazkia dari peredaran disebabkan kekurangan anggota dari salah satu divisi penting. Tabrakan jadwal mahasiswa dengan kegiatan lain pun tidak dapat dihindari karena Tazkia terlalu menyita perhatian sehingga keterlambatan terbitpun terjadi dan akhirnya gagal terbit.

”Kegagalan memang kadang terjadi dalam kehidupan ini tak terkecuali penerbitan majalah Tazkia. Kami akan menerbitkan buletin dan majalah Tazkia pada tahun ini insyaAlloh. Buletin akan terbit satu bulan sekali yaitu pada bulan Mei ini dan majalah akan terbit sementara satu tahun sekali yaitu pada saat datangnya mahasiswa baru ”, kata salah seorang tim redaksi Tazkia, Mila.

Redaksi Tazkia optimis bahwa buletin dan majalah Tazkia akan diterima oleh semua kalangan walaupun target pembacanya adalah mahasiswa. Karena mereka telah merancang majalah dan buletin sedemikian rupa dengan gaya bahasa sastra yang khas dan mudah dicerna. (mahda)

Berita Ringan

Kepala Sekolah SMA N 2 Sukoharjo Ngapain?

Alunan musik merdu nan syahdu terdengar dari balik bisingnya jalan Solo-Yogja, Pucangan. Memang sekarang banyak hal lucu ......

Peristiwa bersejarah itu adalah moment ulang tahun yang tak mungkin terlupakan. Ulang tahun meriah milik SMA N 1 Kartasura kemarin minggu (20/4). Dibalut dengan indah dan cerahnya awan acara demi acara bergulir. Saat itu adalah acara hiburan. Acara hiburan diisi oleh Nagari Band dari Yogjakarta yang spesial menyanyikan lagu-lagu Koesplus Band. Tembang-tembang yang mengalun dengan merdu itu diselingi juga dengan pembagian door prize kerena dipagi harinya ada acara gerak jalan masal yang diikuti oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Tapi yang membuat mata terkesan adalah Bapak kepala SMA N 2 Sukoharjo. Memangnya ada apa dengan Bapak Kepala sekolah itu? Bapak Joko sugiharto yang akrab dipanggil Pak Joko tersebut ternyata bernyanyi berjoget ria ala Nagari Band di belakang panggung. Dengan asyiknya dia berjoget seakan lupa bahwa dia telah menjadi kepala sekolah.Dulu memang Pak Joko merupakan guru SMA N 1 Kartasura.

“Saya senang sekali dengan lagu-lagu Koesplus ini mengigatkan saya pada masa muda dulu, oleh karena itu saya bernyanyi sambil berjoget sekalian menghilangkan rasa penat saya”. Dan beliaupun menuturkan juga bahwa jarang sekali dia bisa seperti itu. Karena moment ultah hanya satu kali dalam setahun, jadi dia manfaatkan saja kesempatan berjoget ria ini.

(mahda)

Berita Ringan

Penjual Jamu Pantas Ditiru

Suara jangkrik sepertiga malam yang terakhir telah menyibukkan seorang penjual jamu itu. Tenaganya dikerahkan di dalam dapur untuk membuat jamu.

Adalah seorang penjual jamu yang sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat jamu dagangannya. Pagi-pagi sekali dia telah bangun, tepatnya sepertiga malam terakhir yaitu pukul 03.00 WIB untuk persiapan jualan kelilingnya. Aktivitas pertamanya adalah mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan yaitu bahan jamu tradisional Jawa seperti kencur, jahe, daun pohon pepaya, daun butrowali dll.

Setelah bahan-bahan selesai dipersiapkan kemudian dia mencuci bersih daun-daun dan bahan lain yang digunakan kemudian merajangnya. Setelah selesai melakukan kegiatan tersebut kemudian bahan-bahan diperas dengan ditambahkan air agar keluar sarinya. Proses selanjutnya adalah meramu sari yang telah jadi tersebut dengan air dan sedikit gula agar terasa lebih manis.

”Kulo rampung damel jamu sekitar jam lima, terus kulo ngrampungaken gawean omah. Jam enem kulo sampun budhal ngedol jamu keliling”,tutur penjual jamu tersebut.

Penjual jamu tersebut memiliki semangat juang yang tinggi. Dia rela bangun pagi dan memulai aktivitasnya demi mempertahankan hidup. Kedisiplinanya perlu diacungi jempol dan patut ditiru oleh generasi muda penerus bangsa.

”Kulo dodol jamu amargi jamu nggih warisan nenek moyang bongso Indonesia, dadi kito wajib nglestarikaken ngangge coro tetep nggunakkake jamu kangge obat alami”,kata penjual tersebut.

Jadi tunggu apa lagi? Sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan oleh generasi sebelumnya kita harus mencontoh kedisiplinan seorang penjual jamu dan sifat cinta produk dalam negeri sendiri. Penjual jamu pantas ditiru! (mahda)

Sabtu, 29 Maret 2008

OBSERVASI PEDAGANG KAKI LIMA DAN PETANI

PEDAGANG BUKU


Kota adalah sebuah tempat yang cocok jika digunakan sebagai tempat bersandar. Karena di sanalah sendi-sendi kehidupan bergerak kemudian berlari. Sendi politik, sendi ekonomi, sendi sosial, sendi budaya, dan sendi pertahanan dan keamanan. Tetapi yang akan dibahas kali ini adalah sendi ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sendi ekonomi adalah sendi yang masih sulit untuk berlari. Kalaupun berlari hanya sesaat tertatih kemudian jatuh lagi. Itulah gambaran yang tepat barangkali. Namun demikian, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua bisa terjadi karena kita tidak tahu tentang suatu rahasia.

Pedagang kaki lima adalah salah seorang pedagang kaki lima yang gigih dalam mencari uang. Pedagang itu rela mangkal di pinggir sebuah toko sepeda tepatnya terletak di Kartasura untuk hidup. Pedagang itu adalah ibu setengah baya yang berjilbab. Dilihat dari wajahnya ibu itu adalah tipe orang yang sabar dan ketika sedang menunggu orang datang membeli bukunya, dia selalu membawa buku tipis kesayangannya. Apakah buku tipis kesayangannya itu? Jawabannya adalah buku TTS ( Teka-Teki Silang ). Agaknya itu dilakukan untuk mengisi waktu luangnya agar tidak terbuang percuma. Ibu itu tidak membawa banyak peralatan ketika berjualan kecuali sebuah kalkulator untuk berhitung dan sebuah kursi plastik untuk duduk. Peralatan tersebut selalu ada karena merupakan peralatan penting yang dibutuhkan oleh pedagang tersebut.

Pedagang buku itu menjual beraneka ragam buku buku SD, buku SMP, dan buku-buku umum. Buku tersebut tidak semuanya baru ada juga yang bekas. Kebanyakan orang lebih memilih buku bekas karena selain harganya murah, kualitasnya juga bagus. Perilaku khas dari pedagang buku tersebut adalah menawarkan barang dagangannya dengan keramahtamahan.

Pedagang buku tersebut sebenarnya merupakan orang pendiam. Tapi tetap saja, jika ada orang yang melintas di depannya dia segera menawarkan buku-bukunya. Suara khas dari pedagang buku tersebut adalah suara lembut dan yang merayu. Contohnya seperti ini,

“ monggo bu mundhut buku menapa? mriki buku napa mawon enten lhe “. Dengan rayuan seperti itu kadang- kadang orang yang tidak berniat membeli buku menjadi datang dan melihat buku-buku tersebut. Karena disitu ada kata “ mriki buku napo mawon wonten “ yang artinya bahwa buku apa saja disitu ada maka pembeli menjadi tertarik untuk membeli. Tetapi kadang rayuan itu tidak dihiraukan oleh orang yang lewat, karena mereka tergesa-gesa dan benar-benar tidak butuh buku.

Pedagang buku tersebut mangkal diposisi yang strategis. Posisi pedagang tersebut berada di pinggir lingkungan yang ramai. Tepatnya berada dipinggir jalan raya, yaitu jalan menuju pasar. Jadi banyak orang yang yang berlalu lalang di sana, entah untuk pergi ke pasar atau toko-toko lain yang ada di dekat pasar. Tetapi pastinya posisi pedagang tersebut tepat sasaran.

Suasana yang dapat ditangkap dari lingkungan kerja pedagang buku tersebut adalah sesak. Karena di sana terlalu banyak orang yang lewat. Letaknya di pinggir jalan juga membuat iklimnya tidak begitu nyaman, juga panas dan berdebu karena dekat dengan jalan raya. Tetapi jika dilihat dari segi buku-buku yang dijualnya buku tersebut tersusun baik dan rapi. Jadi wajar jika ada orang yang tertarik dan kemudian membeli buku dari pedagang tersebut.


PETANI


Indonesia adalah negara agraris dan negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam. Sudah sepantasnya kita bersyukur atas limpahan rahmat dan karunia yang begitu besar kepada Tuhan, yaitu dengan cara menghargai segala sesuatu yang telah kita punya dan menjaga dengan sebaik-baiknya. Karena akan sangat bermanfaat jika segala sesuatu diberdayakan sesuai fungsinya.

Salah satu orang yang perlu kita beri penghargaan atas dedikasinya yang tinggi terhadap bangsa ini adalah seorang petani. Petani yang berasal dari sebuah desa yang jauh nan elok pemandangannya. Petani yang telah berjuang menghasilkan bulir-bulir padi demi dirinya dan orang lain. Karena tanpa ada dia kita tidak akan pernah bisa menjumpai nasi.

Petani yang gigih itu setiap hari pergi ke sawah miliknya. Berbekal kemauan keras dan semangat, petani itu menapaki sawahnya. Ketika pergi ke sawahpun dengan alat-alat sederhana yaitu sabit, karena pagi itu dia ingin menengok sawahnya apakah tumbuh dengan baik atau tidak dan memeriksa apakah ada gulma di sekelilingnya.Sehingga jika ada, dia langsung bisa membasmi daur hidup gulma tersebut akhirnya tidak ada lagi gulma yang tumbuh dan hasil panennya nanti akan berkualitas. Kegiatan petani di pagi hari hari setelah menyiangi padinya adalah duduk sebentar di sawah tetapi bukan mengairi sawahnya. Air telah mengucur deras dari celah pinggir sawah. Karena telah ada irigasi di sawahnya, jadi tidak perlu diairi air lagi. Pak tani kemudian menjaga sawahnya dari sambil duduk di bawah pohon besar dan rindang. Pak tani menjaga sawahnya dari gangguan burung-burung pemakan padi yang berkeliaran. Untuk menjaga sawahnya pak tani menggunakan dua alat,yaitu plencung dan orang-orangan sawah. Plencung adalah alat pengusir burung sederhana yang terbuat dari bambu yang ujungnya dipangkas. Cara menggunakannya adalah dengan memasukkan plencung ke dalam tanah sawah yang lunak kemudian diangkat dan dilempar ke arah burunh-burung yang ingin memakan padinya. Orang-orangan sawah dibuat oleh pak tani dari bambu yang dibentuk tanda silang kemudian diberi pakaian dan caping. Orang-orangan sawah tersebut diberi tampar yang cara penggunaannya ditarik, jadi bisa bergerak dan kesannya seperti orang sungguhan. Dan ketika menggunakan pak tani sambil berteriak “sah-sah”dengan keras. Itu dilakukan untuk menjaga padi-padinya karena padi-padinya itulah kehidupannya.

Posisi sawah petani disebuah desa kecil tersebut adalah di dekat jalan. Jadi ini sangatlah menguntungkan bagi petani tersebut. Karena akses keluar sangatlah mudah, hanya berjalan kaki saja, dan juga sawah petani tersebut dekat dengan tempat penyewaan mesin pemisah gabah. Jadi hal ini memudahkan petani tersebut ketika musim panen tiba.

Lingkungan sawah petani itu sangatlah nyaman. Hamparan sawah dengan warna hijau beserta gunung yang terlihat dari jauh menjadikannya semakin indah dipandang mata. Hawa di sekitar sangat sejuk karena udaranya belum tercemar oleh polusi. Semilir bayu berhembus dan daun-daun bergoyang mengikuti iramanya. Serta alunan gemercik air menjadikan alam pedesaan tempat sawah itu berada terkesan sangat tenang dan damai di hati. Sungguh betapa nyaman tempat itu.



WAWANCARA PEDAGANG PASAR DAN TUKANG BECAK

PEDAGANG BUAH PISANG


Fajar pagi yang cerah adalah awal yang indah untuk memulai segala macam aktivitas. Karena pagi hari itu masih sangat hening dan sepi, sehingga akan membawa dampak positif terhadap otak kita. Jika ingin melakukan apa saja enak, begitu kira-kira efeknya. Seperti itu juga efeknya jika seorang pedagang memulai rutinitasnya di pagi hari, kata mereka jika ingin mendapat banyak rejeki maka bangunlah pada pagi hari.

Seorang yang bangun pada pagi hari dan memulai aktifitasnya itu adalah ibu pedagang buah pisang. Ibu itu bernama ibu asih. Ibu asih berangkat pagi-pagi sekali dari rumahnya Tawangmangu. Tawangmangu adalah rumah asli dari ibu asih. Dia orang asli Tawangmangu karena bapak dan ibunya juga berasal dari situ. Ibu asih dan suaminya dikaruniai dua orang anak , laki-laki dan perempuan. Anak perempuan sudah menikah dan dikaruniai satu putri. Sedangkan, anak laki-lakinya masih duduk di bangku SMA, yaitu salah satu SMA di Tawangmangu.jadi Ibu Asih memiliki satu cucu.

Ibu Asih telah berdagang buah pisang di pasar Kartasura selama 15 tahun. Menurut ibu Asih 15 tahun bukanlah suatu waktu yang singkat. Pahit dan getirnya berjualan buah pisang sudah dirasakan ibu dua anak ini. Tetapi ibu Asih pantang menyerah. Dia begitu gigih berjuang demi keluarganya. Sebelum berdagang pisang ibu Asih pernah berjualan sembako di rumahnya. Tetapi karena dagangannya banyak yang dihutang oloh tetangganya dan kadang tidak dikembalikan maka dia beralih profesi menjadi pedagang buah pisang. Dagangan pisang ibu Asih ini bukan berasal dari Tawangmangu tapi berasal dari Malang., Jawa Timur. Ibu Asih memilih berjualan buah pisang karena menurutnya pisang adalah salah satu buah favorit orang Jawa, khususnya di sini yaitu Kartasura. Sedikit sekali orang yang tidak suka buah pisang, kebanyakan orang menyukai karena dari segi vitamin pisang adalah buah yang mengandung berbagai macam vitamin, selain itu pisang harganya terjangkau jadi bisa dibeli oleh orang lapisan manapun.


Pendapat ibu Asih mengenai pekerjaannya sebagai pedagang buah pisang di pasar kartasura adalah bahwa berdagang ini adalah pekerjaan yang menyenangkan. Ibu Asih merasa senang berjualan karena menurutnya dengan melakukan ini dia telah membantu orang untuk menjadi lebih bahagia hidupnya. Karena dia pernah mendengar suatu ilmu dari radio bahwa makan pisang bisa mengaktifkan suatu hormon penyebab gembira. Jadi singkatnya jika makan pisang bisa membantu kita menjadi pribadi yang ceria,akhirnya menjadi bahagia.

Sebagai seorang pedagang buah pisang tentu Ibu Asih memiliki sebuah cita-cita. Ibu Asih bercita-cita ingin menjadi orang sukses. Jadi Ibu Asih ingin menjadi pedagang pisang yang sukses atau menjadi pedagang pisang besar. Tapi dari semua yang telah ada, ibu Asih tetap bersyukur atas karunia dan nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.


SEORANG TUKANG BECAK


Pagi itu matahari bersinar cerah menerangi seluruh alam. Tak pandang bulu yang kuat maupun yang lemah, yang miskin maupun yang kaya semuanya mendapat sinarnya. Sinar yang begitu terang dan menentremkan hati seorang insane. Layaknya seorang tukang becak di sini adalah seorang yang beruntung. Karena semenjak dia lahir sampai sekarang ini rahmat selalu dia dapatkan. Sehingga dia memiliki hati yang tenteram lagi baik.

Tukang becak ini adalah seorang bapak setengah baya. Badannya cukup besar dan kekar karena setiap harinya dia berolahraga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Olahraga yang dia lakukan tersebut adalah mengayuh becaknya kemanapun penumpang ingin tuju. Tidak ada pekerjaan lain karena hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

Tukang becak itu bernama bapak Mardi. Dia berdomisili di Kartasura. Pak Mardi ini sebenarnya bukan orang Kartasura asli. Tempat kelahirannya adalah di daerah Simo, Kabupaten Boyolali. Tetapi karena bekerja di sini maka dijadikan tempat tinggalnya juga. Sebab istri Pak Mardi adalah orang Kartasura asli. Pak mardi memiliki tiga orang anak. Satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Sekarang dia telah memiliki dua cucu dari anak perempuannya.

Pak Mardi ketika masih tinggal di Simo adalah seorang pemain karawitan. Dia sering dipanggil orang yang sedang mempunyai hajatan bersama-sama temannya yang lain. Tetapi, lama kelamaan permainan karawitan itu ditinggalkan. Banyak orang yang lebih menyukai musik baru seperti campursari. Jadi, dengan begitu pekerjaan penghibur sebagai pemain karawitan ia tinggalkan. Walaupun itu berat untuknya karena menurutnya karawitan adalah salah satu kesenian Jawa yang perlu dilestarikan. Tetapi apa daya, dari pada dia menganggur maka dia putuskan untuk pergi keluar daerah untuk mencari pekerjaan baru dan kemudian dari situ mulailah Pak mardi mencoba menjadi tukang becak. Karena menurutnya pekerjaan itulah yang bisa dia andalkan untuk mencari uang. Tetapi setelah pekerjaan tukang becak dirasa telah banyak yang menggelutinya maka dia dan istrinya beralih profesi menjadi penjual tahu kupat di pasar. Pesanan demi pesanan datang,tetapi lama-kelamaan redup juga. Karena semakin marak persaingan antar pedagang. Banyak pedagang baru yang bermunculan dengan membawa sesuatu yang lebih berbeda dari produk makananya. Semakin sepi pembeli membuat dia memutuskan untuk menarik becak lagi. Sedangkan istrinya berjualan rokok dan kebutuhan sehari-hari di rumah dan itu semua berlanjut sampai sekarang.

Pendapat Pak Mardi mengenai pekerjaanya adalah suatu anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri. Pak Mardi tetap bangga terhadap pekerjaannya itu karena dari situlah keluarganya dapat hidup. Karena bagaimanapun segala sesuatu itu harus disyukuri menurut Pak Mardi sehimgga kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari Tuhan.

Cita-cita yang dimiliki Pak Mardi tidaklah bermuluk-muluk. Dia hanya ingin membahagiakan keluarganya dan menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Tetapi, dari semuanya itu seperti yang dikatakan tadi Pak Mardi tetap mensyukuri apapun yang diberikan oleh Tuhan.

Rabu, 19 Maret 2008

Sesuatu yang kecil mempunyai makna yang besar

Sesuatu yang kecil mempunyai makna yang besar...
Itulah yang kudapat kemarin...
Sesungguhnya sahabatku janganlah kau anggap remeh apapun...
Sekecil apapun...
Karena sebenarnya semuanya bermakna ....

Selasa, 18 Maret 2008

Sesuatu yang kita lihat bisa kita pelajari

Sahabat sesungguhnya segala sesuatu yang kita lihat bisa kita pelajari...
Apapun itu.....
Sebuah pengalamanku mengajarkan seperti itu...
Kita tidak boleh merasa lelah!
Jangan pernah berhenti untuk berharap!
Karena sahabat segala sesuatu telah tertuliskan
Semua yang terjadi adalah yang terbaik dari yang terbaik....
Semangat!!!!!